Assalamualaikum Sahabat Bagaimana Keadaan Kalian Hari Ini, Kami Doakan Semoga Sehat Selalu.
Pengertian Makrifat
MA’RIFAT KEPADA ALLAH ADALAH PUNCAK PENGABDIAN SEORANG HAMBA
Ma’rifat dalam arti harfiah adalah Pengenalan seorang Hamba terhadap Tuhannya, dalam hal ini adalah Allah, karena tujuan utama dari seorang hamba adalah mengenal Tuhannya dengan baik dan berusaha mencintaiNya.
Sebelum kita melangkah lebih lanjut dengan pembahasan mengenai Ma’rifat, maka ada baiknya kita memahami dulu apa sebenarnya Tasawuf itu. Karena Ma’rifat sangat erat hubungannya dengan tasawuf.
Dari segi bahasa terdapat sejumlah kata atau istilah yang dihubung-hubungkan para ahli untuk menjelaskan kata tasawuf, Harun Nasution, misalnya menyebutkan 5 istilah yang berkenaan dengan tasawuf, yaitu al-suffah, (orang yang ikut pindah dengan Nabi dari Mekkah ke Madinah), saf (barisan), sufi (suci), sophos (bahasa yunani : hikmat), dan suf (kain wol). Keseluruhan kata ini bisa saja dihubungkan dengan Tasawuf.
Sedangkan dari segi Linguistik (kebahasaan) Tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan selalu bersikap bijaksana.
Sedangkan dari segi istilah Tasawuf adalah upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah SWT.
Tasawuf adalah merupakan bagian dari perkembangan ilmu Islam. Tasawwuf selalu menjadi perbincangan dalam setiap kurun waktu seiring dengan perjalanan sejarah umat Islam itu sendiri.
Tasawwuf adalah fase kelanjutan umat islam dalam pencariannya terhadap Dzat Tunggal. Mereka berupaya mendaki maqam-maqam tasawwuf. Diantara konsep taswwuf tentang maqamat, terma ma’rifat termasuk yang menrik untuk dikaji lebih mendalam.
Ilmu kesufian atau Ilmu Tasawwuf adalah ilmu yang didasari oleh Al-Qur'an dan Hadits dengan tujuan utamanya amar ma'ruf nahi munkar.
Pengertian Ma’rifat
Dari segi bahasa Ma’rifat berasal dari kata arafa, ya’rifu, irfan, ma’rifat yang artinya pengetahuan dan pengalaman. Dan dapat pula berarti pengetahuan tentang rahasia hakikat agama, yaitu ilmu yang lebih tinggi daripada ilmu yang bisa didapati oleh orang-orang pada umumnya. Ma’rifat adalah pengetahuan yang objeknya bukan pada hal-hal yang bersifat zahir, tetapi lebih mendalam bathinnya dengan mengetahui rahasianya. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa akal manusia sanggup mengetahui hakikat ketuhanan dan hakikat itu satu dan segala yang maujud berasal dari yang satu. Selanjutnya ma’rifat digunakan untuk menunjukkan pada salah satu tingkatan dalam tasawuf. Ma’rifat muncul seiring dengan adanya istilah Tasawwuf, dimana dalam Tasawwuf (dalam hal ini para sufi ‘) berusaha melakukan pendekatan dan pengenalan kepada Allah untuk mencapai tingkat ma’rifatullah yang tinggi. Disaat itulah mulai dikenal istilah Ma’rifat.
Agar tidak terjadi kesalahan persepsi atas ma’rifat, ada baiknya kita mendalami kata ini secara komprehensif menurut pandangan dari sufi pertama yang berbicara tentang ma’rifat yang spesifik tentang tasawwuf yaitu Dzunnun al-Mishri, beliau berpendapat bahwa “Ma’rifat Sufistik pada hakekatnya adalah ‘irfan atau Gnost. Tujuan ma’rifat menurut beliau adalah berhubungan dengan Allah, musyahadat terhadap wajah Allah dengan kendalinya jiwa basyariyah kepada eksistensinya yang inhern, wasilahnya dan mujahadah olah spiritual. Ma’rifat datang ke hati dalam bentuk kasyf dan Ilham.
Dalam arti Sufistik, ma’rifat diartikan sebagai pengetahuan mengenai tuhan melalui hati sanubari. Pengetahuan ini lengkap dan jelas sehingga jiwa merasa satu dengan Allah.
Prof DR Harun Nasution, mengatakan bahwa ma’rifat menggambarkan hubungan rapat dalam bentuk gnosis, pengetahuan dengan sanubari. Dalam artian mengetahui Tuhan dari dekat, sehingga hati-sanubari dapat melihat Tuhan. Oleh karena itu orang-orang sufi mengatakan :
1. Kalau mata yang terdapat dalam hati sanubari manusia terbuka, mata kepalanya akan tertutup dan ketika itu yang dilihatnya hanyalah Allah.
2. Makrifat adalah cermin, kalau seorang yang arif melihat ke cermin maka yang dilihatnya hanyalah Allah.
3. Yang dilihat orang arif saat tidur dan bangun hanyalah Allah.
4. Sekiranya Ma’rifat mengambil bentuk materi, semua orang yang melihatnya akan mati karena tak tahan melihat kecantikan dan bentuk keindahannya, dan semua cahaya akan menjadi gelap disamping cahaya keindahan yang gilang gemilang.
Dari beberapa definisi di atas dapat kita fahami bahwa ma’rifat adalah mengetahui rahasia-rahasia Allah dengan hati sanubari. Tujuan yang ingin dicapai ma’rifat adalah mengetahui rahasia-rahasia yang terdapat dalam diri Tuhan.
Sebagaimana dikemukakan al-Kalazabi, ma’rifat datang sesudah mahabbah, hal ini disebabkan karena ma’rifat lebih mengacu pada pengetahuan sedangkan mahabbah menggambarkan kecintaan.
Ma’rifat dalam arti harfiah adalah Pengenalan seorang Hamba terhadap Tuhannya, dalam hal ini adalah Allah, karena tujuan utama dari seorang hamba adalah mengenal Tuhannya dengan baik dan berusaha mencintaiNya.
Dalam kitab Al-Mahabbah, Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa cinta kepada Allah adalah tujuan puncak dari seluruh maqam spiritual dan ia menduduki derajad/level yang tinggi. "(Allah) mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya." (QS. 5: 54). Dalam tasawuf, setelah di raihnya maqam mahabbah ini tidak ada lagi maqam yang lain kecuali buah dari mahabbah itu sendiri. Pengantar-pengantar spiritual seperti sabar, taubat, zuhud, dan lain lain nantinya akan berujung pada mahabatullah (cinta kepada Allah). Ma’rifat kepada Allah adalah puncak tujuan seseorang hamba. Maka apabila Tuhan telah membukakan bagimu suatu jalan untuk mengenal kepada-Nya, tidak usahlah kau hiraukan berapa banyak amal perbuatanmu; meskipun masih sangat sedikit amal kebaikanmu sekalipun. Sebab ma’rifat merupakan suatu karunia pemberian langsung dari Allah, maka ia sekali-kali tidak bergantung pada banyak atau sedikitnya amal kebaikan.
Fitrah manusia mengenal Allah, baik dalam pengertian ‘aam (umum) maupun dalam arti khush (khusus). Yang dimaksud mengenal Allah dalam pengertian umum ialah pengenalan iman kepada Allah, sebagaimana yang dikaji dalam ‘aqoidul iman yang sangat mendasar. Itulah ilmu tauhid yang disebut sebagai inti agama. Atau pokok dari segala yang pokok. Dengan kata lain, tauhid merupakan keyakinan yang paling dasar untuk diajarkan kepada setiap manusia sebelum lebih jauh menjalar pada aspek-aspek lain dalam agama.
Adapun yang dimaksud pengenalan secara khusus ialah mengenal Allah dalam arti Ma’rifatullah (melihat Allah) dengan matahati. Maka ia melihat “Tak ada perbuatan yang bertebaran di alam ini , kecuali perbuatan Allah; Tak ada nama yang melekat pada suatu apapun, melainkan nama Allah; Tak ada sifat yang mewarnai diri, kecuali sifat Allah; Tak ada zat yang meliputi makhluk, melainkan Zat Allah”.
Anugrah Allah kepada hamba yang dikasihi–Nya merupakan lensa ma’rifat yang hakiki kepada-Nya. Sebab bagi orang yang tak dapat anugerah Allah, ia mengenal Tuhan mereka menurut versi angan khayal mereka. Seperti Fir’aun yang menuhankan dirinya, Namrud menuhankan patung batu (arca) dan di zaman kini banyak orang yang menuhankan sesuatu selain Allah, seperti menuhankan kekuatan alam dan teknologi. Mereka itu sebagai contoh orang yang tidak mendapat anugerah ma’rifat dari Allah.
Jika Allah telah menunjukkan kepada hamba-Nya dengan sebagian sebab-sebab sehingga ia menjadi orang yang ma’rifat, kemudian kepadanya dibukakan pintu kema’rifatan yang tetap (sakinah) sehingga ia mendapat ketenangan yang luar biasa. Dan ini merupakan nikmat yang paling besar.
Apabila kamu dibukakan pintu ma’rifat yang hakiki maka janganlah kamu hiraukan amalmu yang sedikit. Sebab di atas telah diterangkan bahwa ma’rifat itu adalah anugerah dari Allah yang datangnya tidak menggantungkan akan banyak atau sedikitnya amal kebaikan.
Ma’rifat adalah anugerah Allah yang didasari kasih Tuhan kepada hamba-Nya. Adapun amal ibadah sebagai persembahan hamba kepada Tuhannya. Dimisalkan; anugerah itu seperti martabat seorang budak yang diangkat oleh raja menjadi perdana menteri. Adapun amal ibadah seumpama upeti rakyat kepada rajanya. Maka betapa sangat jauh perbedaan antara keduanya.
Sesungguhnya maksud dan tujuan kebanyakan manusia memperbanyak amal kebaikan itu adalah agar mereka dapat mendekatkan (Taqarrub) dirinya kepada Allah dengan amal itu. Tetapi perlu disadari bahwa itu tidak akan berubah maksudnya karena banyak atau sedikitnya amal seorang hamba.
Dalam hal ini dapat dimisalkan seperti orang yang sedang menderita sakit, disebabkan penyakit yang dideritanya maka menjadi berkuranglah ibadahnya kepada Allah. Boleh jadi penyakit yang dideritanya itu sebagai sebab dan isyarat terbukanya pintu kema’rifatan kepada Allah.
Oleh sebab itu jangan mempunyai perasaan banyaknya amal ibadah yang tertinggal disebabkan sakit. Dengan sakit yang dideritanya itu bisa merasa dekat dengan Allah. Perasaan lapang dada, luas hatinya dan telah meninggalkan berbagai kenikmatan dunia seraya diiringi oleh rasa cinta negeri akhirat. Juga telah siap tuk meninggalkan dunia nan fana sebelum kematian itu datang. Ini juga sebagai pertanda orang yang telah mendapatkan Nur Ilahi atau anugerah Allah. Kesadarannya bahwa Allah bisa berbuat apa saja menurut kehendaknya, sebagai tanda kearifannya.
Alat untuk Ma’rifat
Alat yang digunakan untuk ma’rifat telah ada dalam diri manusia yaitu Qalbu (hati), qalbu selain alat untuk merasa juga alat untuk berfikir. Bedanya Qalbu dengan akal ialah bahwa akal tak bisa memperoleh pengetahuan yang sebenarnya tentang Tuhan. Sedangkan Qalbu bisa mengetahui hakikat dari segala yang ada dan jika dilimpahi cahaya Tuhan bisa mengetahui rahasia-rahasia Tuhan. Qalbu yang telah dibersihkan dari segala dosa dan maksiat melalui serangkaian zikir dan wirid secara teratur akan dapat mengetahu rahasia-rahasia Tuhan, yaitu saat hati tersebut disinari cahaya Tuhan.
Proses sampainya qalbu pada cahaya Tuhan ini erat kaitannya dengan dengan konsep takhalli, tahalli, tajalli. Takhalli yaitu mengosongkan diri dari akhlak yang tercela dan perbuatan maksiat melalui tobat, selanjutnya Tahalli yaitu menghiasi diri dengan akhlak yang mulia dan amal ibadah. Sedangkan Tajalli adalah terbukanya hijab sehingga tampak jelas cahaya Tuhan. Dengan limpahan cahaya Tuhan itulah manusia dapat mengetahui rahasia-rahasia Tuhan. Dengan demikian ia dapat mengetahui apa-apa yang tidak bisa diketahui manusia biasa. Orang yang sudah mencapai makrifat akan memperoleh hubungan langsung dengan Allah.
Semoga Bermanfaat.
Banyak Hal Yang Akan Kita Bahas Silahkan Kunjungi Website Kami Secara Berkala Agar Anda Tidak Ketinggalan Informsi Yang Unik Dan Menarik Lainya, Share Bila Postingan Ini Bermanfaat.
Terimakasih Dan Sampai Jumpa.
Kategori : Quote, AskPedia, AskNews, Perpustakaan, Nasional, Internasional, Flora & Fauna, Tehnologi, Properti, Travel, Sport, Food, Kesehatan, Populer, Entertainment, Agama, Vidio.
Posting Komentar