[Ask] Kisah Khabbab bin Al Arat - Umar bin Khattab

 Ask - Ask.co.id

[Ask] Kisah Khabbab bin Al-Arat - Umar bin Khattab

[Ask] Kisah Khabbab bin Al-Arat - Umar bin Khattab

Ketika menjadi Khalifah, Sayyidina Umar bin Khattab r.a meminta kepada Sayyidina Khabbab r.a menceritakan kembali penderitaan yang telah dialaminya dahulu. Sayyidina Khabbab r.a berkata,  “ Lihatlah punggungku ini. “ Begitu sayyidina Umar melihat punggung Sayyidina Khabbab, lalu beliau mengatakan, “ Belum pernah kelihat punggung yang luka separah ini. “ Maka Syyidina Khabbab melanjutkan perkataanya, “ Aku diseret di atas timbunan bara api yang menyala, sehingga lemak dan darah yang mengalir dari punggungku memadamkan bara api itu. ‘


Khabbab bin Al-Arat digelari dengan Guru Besar Pengorbanan. Dia adalah termasuk awwalun, oleh karena itu wajar jika penderitaan yang alaminya sering menimpa dirinya. Salah satu sebab juga dia adalah seorang budak.

  

Khabbab adalah tukang pandai besi dengan keahlian membuat senjata terutama pedang di kota Makkah. Banyak pesanan pedang dan peralatan perang dari sejumlah orang Quraisy. Pada hari itu sejumlah pemesan datang untuk mengambil pedang yang dipesannya beberapa hari yang lalu, ternyata mereka tidak menemukan Khabbab di rumahnya, tetapi meraka dengan sabar duduk dan menunggu kedatangannya.


Tidak lama kemudian, Khabbab datang dengan muka yang berseri-seri dan langsung memberi salam dan duduk di dekat mereka.

Salah seorang dari mereka bertanya kepadanya ;” Apakah pengerjaan pedang-pedang kami telah selesai, wahai Khabbab ? “


Khabbab tidak menghiraukan pertanyaan salah seorang dari mereka dan selanjutnya dia berkata : “ Sungguh keadaan sangat memandang menakjubkan ! “, selanjutnya dia bertanya “ Apakah kalian sudah melihatnya ? Apakah kalian sudah pernah mendengar ucapannya ? “

Mereka saling pandang dan diliputi tanda tanya dan keheranan. Maka salah seorang dari mereka pun bertanya dengan suatu muslihat : “ Apakah kamu sendiri sudah melihatnya, wahai Khabbab ? “


Akhirnya Khabbab mengakui keimannya  dengan terus terang dihadapan mereka. Dan masih dalam keadaan terharu serta kegembiraan jiwa, dia mengatakan : “ Benar, saya telah melihat dan saya menyaksikan kebenaran terpancar dari dirinya dan cahaya terang dari tutur katanya. “


Salah seorang dari mereka berteriak :” Siapa dia orang yang kau katakana itu, wahai budak Ummu Anmar ? “

Dengan tenang dia menjawab : “ Siapa lagi, wahai kaum arab sahabatku ? siapa lagi di antara kaum kalian yang darinya terpancar kebenaran dan dari tutur katanya memancarkan cahaya selain dia seorang ? “


Seorang lainnya berteriak, “ Rupanya yang engkau maksud adalah Muhammad. “

Khabbab pun menganggukan kepala dan seraya berkata, “ Benar, dia adalah utusan Allah kepada kita untuk membebaskan kita dari belenggu kegelapan menuju terang benderang. “

Setelah mengucapkan kata-kata itu Khabbab pun tidak ingat lagi, tubuhnya bengkak-bengkak, tulang terasa sakit, darah mengalir membasahi baju dan tubuhnya. Itulah kali pertama siksaan yang diterimanya.


Mulai saat itu dia mendapat kedudukan yang tinggi di antara orang-orang yang tersiksa dan teraniaya. Dia tegar menghadapi kesombongan, keangkuhan, kezaliman dan kegilaan orang-orang Quraisy. Miskin harta dan tak berdaya, tetapi semangat untuk menghadapi segala penderitaan karena kerakusan orang-orang Quraisy.


Asy-Sya’bi mengatakan, “ Khabbab menunjukkan ketabahannya, hinggga tidak sedikit pun hatinya terpengaruh oleh tindakan biadab orang-orang kafir. Mereka menindihkan batu membara ke punggungnya, hingga dagingnya terbakar. “


Semua besi yang terdapat di rumah Khabbab dijadikan belenggu dan rantai besi, kemudian di masukkan kedalam api yang membara dililitkan ke tubuh dan kedua tagannya.

Disamping itu pula bekas majikkannya diminta bantuannya oleh orang kafir quraisy untuk turut serta melakukan penyiksaan terhadap Khabbab dengan mengambil besi yang panas lalu menaruhnya diatas kepala dan ubun-ubun Khabbab, maka spontan dia menggeliat namun rasa sakitnya tidak diperlihatkan kepada algojo-algojo tersebut sehingga mereka tidak merasa puas.


Melihat kejadian tersebut diatas, dada Rasulullah SAW terasa sesak dan pilu. Rasulullah hanya melihat lirih kepada Khabbab yang disiksa oleh bekas majikannya, Rasulullah hanya dapat memohonkan do’a dengan mengangkat kedua tanganya seraya berdo’a,  “ Ya Allah, limpahkan pertolongan-Mu kepada Khabbab. “


Selang beberapa hari setelah itu, Allah berkehendak, Ummu Anmar beserta algojo-algojonya  menerima terbiyah dari Allah yaitu semacam penyakit panas yang aneh dan mengerikan.


Pernah suatu waktu Khabbab dan kawan-kawanya yang turut serta disiksa, menghadap Rasulullah SAW untuk memohonkan bantuan, Khabbab menuturkan “ Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak memintakan pertolongan bagi kami ? “


Rasulullah SAW pun duduk, Muka beliau berubah merah, lalu berkata, “ Sebelum kalian, ada seorang laki-laki yang disiksa, tubuhnya dikubur hingga sebatas leher ke atas, lalu sebuah gergaji diambil untuk menggergaji kepalanya. 

Namun, siksaan demikian itu tidak sedikitpun dapat memalingkan dari agamanya. Ada pula yang disiksa antara daging dan tulang-tulangnya dengan sikat besi. Siksaan itu juga tidak dapat menggoyahkan keimannya. Sungguh, Allah benar-benar akan menyempurnakan urusan ini, hingga seorang pengembara dapat bepergian dari Sana’a ke Hadramaut, dan tidak da yang ditakutkan selain Allah SWT, walaupun serigala berada di antara hewan gembalaannya. Namun sayang, kalian terburu-buru.


Setelah mendengar sabda dari Rasulullah SAW maka semakin kuatlah keimana Khabbab dan kawan-kawanya.


Banyak penderitaan yang dialaminya, sehingga derajatnya semangkin tinggi. Baliau wafat pada tahun 37 H.


Kategori : QuoteAskPediaAskNewsPerpustakaanNasionalInternasionalFlora & FaunaTehnologiPropertiTravelSportFoodKesehatanPopulerEntertainmentAgamaVidio.

Baca Juga

Komentar

Lebih baru Lebih lama