Metode pengajaran, Thariqat, Fiqh dan Peninggalan KH. Khalil Bangkalan

 Ask - Ask.co.id - Index

Assalamualaikum Sahabat Bagaimana Keadaan Kalian Hari Ini, Kami Doakan Semoga Sehat Selalu.

KH. Muhammad Khalil (Bangkalan Madura)

KH. Muhammad Khalil (Bangkalan Madura)

Metode pengajaran

Sebagaimana metode dan gaya pengajaran gurunya, tuan guru Dawuh, ternyata KH. Muhammad Khalil juga melakukan hal yang sama. Cara mengajarnya di sembarang tempat, unik, kondisional dan spontan. Dalam memberi pelajaran tidak harus di Pesantren, terkadang ketika sedang sambil berjalan dengan santrinya, terkadang sambil di bawah pohon, dipinggir sungai, di atas bukit.

Namun, karena KH. Muhammad Khalil memiliki lembaga pendidikan Pondok Pesantren, publik lebih mengenalnya dalam pemberian pelajaran dengan sistem sorogan, bandongan dan semacamnya.


Model pengajaran KH. Muhammad Khalil dapat kita amati dari beberapa cerita karamah yang ditulis Saifur Rahman dan Mohammad Rifaí, bahkan ketika KH. Muhammad Khalil terjun dan melihat masyarakat Bangkalan dan sekitarnya, kerap memberikan pendidikan kepada para santri dan masyarakat. Model pembelajarannya lahir dari lingkungan hidup dan alam sekitarnya. Dengan demikian, proses pembelajaran yang dilakukan KH. Muhammad Khalil tidak selamanya menggunakan kitab kuning dan berada di masjid dan surau. Bahkan lebih dari itu, proses pendidikannya di lakukan di lingkungan nyata yang lebih luas. Namun yang jelas, model pengajaran dengan uswah hasanah menjadi penghias model pendidikan ala KH. Muhammad Khalil.


Peta konsep pemikiran pendidikan KH. M Khalil Bangkalan

Kata-kata peta memiliki makna gambar lukisan, diagram atau bagan. Sedangkan pemikiran dalam kamus ilmiah lebih menggunakan kata penalaran, yang memiliki makna proses pemikiran secara logis untuk menarik kesimpulan dari suatu kenyataan sebelumnya.

Sehingga makna dari peta pemikiran di sini adalah, diagram pemikiran logis tentang pendidikan Islam oleh KH Muhammad Khalil. Sebagai salah satu tokoh yang tidak terbantahkan dalam melakukan penguatan proses islamisasi yang terjadi di tanah jawa dan Madura. Tentunya dengan mendirikan Pondok Pesantren sebagai tempat penggodokan kader-kader muslim di masanya dan setelahnya, bahkan sampai saat ini.

Peta Pemikiran KH. Muhammad Khalil bertumpu pada Al Qur’an dan Al Hadist, dasar paradigmatik keilmuannya ilmu alat/ ilmu nahwu-shorof, ilmu fiqh dan ushul fiqh, ilmu tauhid dan ilmu ahlak, pesantren dan kaderisasi ulama untuk mencetak intelektual muslim yang bersikap kritis dan menolak terhadap penjajahan Belanda dan Jepang, sebagai bukti imperialisme Eropa terhadap nusantara. Ketundukan kepada Allah dan Rasul serta ketaatan kepada orang tua serta guru, menjadi bagian sikap hidup yang dipeganginya.


Thariqat dan Fiqh

KH. Muhammad Khalil adalah salah satu Kyai yang belajar lebih dari pada satu Madzhab saja. Akan tetapi, di antara Madzhab-mazdhab yang ada, ia lebih mendalami Madzhab Syafi’i di dalam Ilmu Fiqh. Pada masa akhir abad-19 dan awal abad-20, di daerah Jawa, khususnya Madura, sedang terjadi perdebatan antara dua golongan pada saat itu. Pada awal abad-20, seperti telah diungkapkan sebelumnya, di daerah Jawa sedang terjadi penyebaran ajaran Thariqat Naqsyabandiyah, Qadiriyah wa-Naqsyabandiyah, Naqsyabandiyah Muzhariyah dan lain-lain. Akan tetapi, tidaklah dapat dipungkiri mengenai keterlibatan KH. Muhammad Khalil dalam Thariqat, terbukti bahwa KH. Muhammad Khalil dikenal pertama kali dikarenakan kelebihannya dalam hal Thariqat, serta memberikan dan mengisi ilmu-ilmu kanuragan kepada para pejuang.

Di sisi lain, KH. Muhammad Khalil pun diakui sebagai salah satu Kyai yang dapat menggabungkan Thariqat dan Fiqh, yang kebanyakan ulama pada saat itu melihat dua hal tersebut bertentangan seperti Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, salah satu ulama yang seangkatan dengan Kyai Khalil. Memang, KH. Muhammad Khalil hidup pada masa penyebaran Thariqat begitu gencar-gencarnya, sehingga kebanyakan ulama pada saat itu, mempunyai dan memilki ilmu-ilmu kanuragan, dan tidak terkecuali Kyai Khalil. Namun demikian, perbedaan antara KH. Muhammad Khalil dengan kebanyakan Kyai yang lainnya tidak sampai mengharamkan atau pun menyebutnya sebagai perlakuan syirik dan bid’ah bagi penganut Thariqat. KH. Muhammad Khalil justru meletakkan dan menggabungkan antara ke duanya (Thariqat dan Fiqh).

Dalam penggabungan dua hal ini, KH. Muhammad Khalil menundukkan Thariqat di bawah Fiqh, sehingga ajaran-ajaran Thariqat mempunyai batasan-batasan tersendiri yaitu fiqh. Selain itu, ajaran Thariqat juga tidak menjadi ajaran yang tanpa ada batasannya. Namun, yang cukup disayangkan adalah, tidak banyaknya referensi yang menjelaskan tentang cara atau pun pola-pola dalam penggabungan Thariqat dan fiqh oleh KH. Muhammad Khalil tersebut.


Peninggalan

Dalam bidang karya, memang hampir tidak ada literatur (karya tulis) yang menyebutkan tentang karya Kyai Khalil, akan tetapi KH. Muhammad Khalil meninggalkan banyak sejarah dan sesuatu yang tidak tertulis dalam literatur yang baku. Ada pun peninggalan KH. Muhammad Khalil diantaranya:

Pertama, KH. Muhammad Khalil turut melakukan pengembangan pendidikan pesantren sebagai pendidikan alternatif bagi masyarakat Indonesia. Pada saat penjajahan Belanda, hanya sedikit orang yang dibolehkan belajar, itu pun hanya dari golongan priyayi saja, di luar itu, tidaklah dapat belajar di sekolah. Dari sanalah pendidikan pesantren menjadi jamur di daerah Jawa, dan terhitung sangat banyak santri KH. Muhammad Khalil yang setelah lulus, mendirikan pesantren. Seperti KH. Hasyim Asy’ari (Pendiri Pondok Pesantren Tebuireng), KH. Abdul Wahab Hasbullah (Pendiri Pondok Pesantren Tambakberas), KH. Ali Ma’shum (Pendiri Pondok Pesantren Lasem Rembang), dan KH. Bisri Musthafa (Pendiri Pondok Pesantren Rembang). Dari murid-murid KH. Muhammad  Khalil, banyak murid-murid yang dikemudian hari mendirikan pesantren, dan begitu seterusnya sehingga pendidikan pesantren menjadi jamur di Indonesia.

Kedua, selain Pesantren yang KH. Muhammad Khalil tinggal di Madura –khususnya, ia juga meninggalkan kader-kader Bangsa dan Islam yang berhasil ia didik, sehingga akhirnya menjadi pemimpin-pemimpin umat.

K.H. Muhammad Khalil, adalah satu fenomena tersendiri. Dia adalah salah seorang tokoh pengembang pesantren di Nusantara. Sebagian besar pengasuh pesantren, memiliki sanad (sambungan) dengan para murid Kyai Khalil, yang tentu saja memiliki kesinambungan dengan Kyai Khalil. Beliau wafat pada tanggal 29 Ramadhan 1343 H dalam usia 91 tahun karena usia lanjut. Hampir semua pesantren di Indonesia yang ada sekarang masih mempunyai sanad dengan pesantren K.H. Muhammad Khalil.

Diantara peninggalan-peninggalan yang berupa tulisan atau kitab yang pernah di tulis oleh K.H. Muhammad Khalil diantaranya adalah :

1.) Kitab silah fi bayannikah

2.) Kitab al Matnus Syarif.

3.) Kitab terjemah Alfiyah

4.) Kitab Asmaul Husna

5.) Shalawat KH. Muhammad Khalil Bangkalan

6.) Wirid-wirid KH. Muhammad Khalil Bangkalan

7.) Lembaran berupa do’a-doá dan hizib


Semoga Bermanfaat.

Banyak Hal Yang Akan Kita Bahas Silahkan Kunjungi Website Kami Secara Berkala Agar Anda Tidak Ketinggalan Informsi Yang Unik Dan Menarik Lainya, Share Bila Postingan Ini Bermanfaat.

Terimakasih Dan Sampai Jumpa.


Kategori : QuoteAskPediaAskNewsPerpustakaanNasionalInternasionalFlora & FaunaTehnologiPropertiTravelSportFoodKesehatanPopulerEntertainmentAgamaVidio.

Baca Juga

Komentar

Lebih baru Lebih lama