[Ask ] Kisah Sejarah Abu Bakar Ash Siddiq

 Ask - Ask.co.id

[Ask ] Kisah Sejarah Abu Bakar Ash Siddiq

Abu Bakar ash-Shiddiq bernama asli Abdullah bin Usman. Umur Abu Bakar Ash-Siddiq dan Rasulullah berjarak 2 tahun. Ayah Abu Bakar Ash Shiddiq Abu Quhafah. Sementara ibunya bernama Salma binti Shohr bin Amir atau dikenal juga dengan Ummul Khair.
[Ask ] Kisah Sejarah Abu Bakar Ash Siddiq

Abu Bakar ash-Siddiq dilahirkan di kota Mekah dengan garis keturunan dari Bani Taim sub-suku bangsa Quraisy. Banyak sejarawan Islam mencatat ia adalah seorang pedagang, hakim, dan seseorang yang dipercaya sebagai penafsir mimpi.


Abu Bakar dikenal dengan kewibawaannya, Akhlaknya yang begitu pemberani, mulia serta cerdas dalam keilmuan. Kecerdasan yang dimilikiya, membuat banyak orang yang datang kepada Abu Bakar untuk bertanya-tanya tentang banyak hal. Selain itu beliau juga terkenal dalam menjaga harkat martabatnya, Abu Bakar tidak pernah meminum Khamar walau satu tetes selama hidupnya.


Seorang saudagar kaya raya di kota Mekkah yang bernama Abu Quhafah sekaligus ayah daripada sang khalifah, mengajak Abu Bakar untuk berdagang dari satu tempat ke tempat lain. Ayahnya mengajarinya bagaimana cara memilih barang dagangan dan cara memasarkannya kepada anaknya (Abu Bakar). Setelah menginjak dewasa, Abu Bakar mengikuti jejak ayahnya sebagai seorang sudagar. Akhirnya ia juga berhasi menjadi seorang saudagar yang sukses.


Abu Bakar termasuk ke dalam Assabiqunal Awwalun atau orang yang pertama kali masuk Islam. Saat Rasulullah SAW diperintahkan Allah untuk mengajak manusia memeluk agama Islam, kemudian Rasulullah menyeru kepada orang-orang terdekat dengan beliau, salah satunya Abu Bakar. 


Setelah itu Abu Bakar Ash-Shiddiq merasa bersemangat untuk menyebarkan dakwah Islam. Abu Bakar mencari sahabat-sahabat terdekat dan teman duduknya untuk menyampaikan dakwahnya. Sehingga dari dakwah beliau banyak penduduk Mekkah masuk Islam diantaranya, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqash dan Thalhah bin Ubaidullah.



Ketika  Rasulullah sakit, Abu Bakar ditunjuk untuk menjadi imam shalat untuk menggantikan Rasul, banyak yang menganggap ini sebagai indikasi bahwa Abu Bakar akan menggantikan posisinya. Setelah wafatnya Rasul Muhammad, dilakukan musyawarah di kalangan para pemuka umat, yaitu kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah, yang akhirnya menghasilkan penunjukan Abu Bakar sebagai pemimpin baru umat Islam sekitar tahun 632 M.


Saat musyawarah terjadi perdebatan. Penunjukan Abu Bakar sebagai khalifah menjadi sumber perpecahan pertama dalam Islam, dimana dalam hal ini umat Islam terpecah menjadi kaum Sunni dan Syi'ah. Kaum Syi'ah percaya bahwa seharusnya Ali bin Abi Thalib yang seharusnyalah menjadi pemimpin, sementara kaum Sunni berpendapat bahwa Rasulullah menolak untuk menunjuk penggantinya. Kaum Sunni berpendapat bahwa Nabi Muhammad mengedepankan musyawarah untuk penunjukan pemimpin. Sedangkan golongan Syi'ah tetap tidak setuju dengan musyawarah apabila tidak melalui pendapat Nabi secara langsung.


Banyak hadits yang menjadi Referensi dari kaum Sunni maupun Syi'ah tentang siapa khalifah sepeninggal rasulullah. Ali bin Thalib sendiri menyatakan kesetiaannya kepada Abu Bakar dan dua khalifah setelahnya Umar bin Khattab dan Usman bin Affan. Kaum sunni menggambarkan pernyataan ini sebagai pernyataan Ali yang menjadi pendukung setia Abu Bakar dan Umar bin Khattab.



Setelah dipilih menjadi khalifah pertama, Abu Bakar beberapa masalah yang mengancam persatuan dan stabilitas komunitas dan negara Islam mulai bermunculan. Beberapa suku Arab yang berasal dari Nejed dan Hejaz membangkang kepada khalifah Abu Bakar. Beberapa di antaranya menolak membayar zakat walaupun tidak menolak agama Islam secara utuh.

Beberapa lainnya kembali memeluk tradisi lamanya yakni penyembahan patung-patung. Suku-suku tersebut mengaku bahwa mereka hanya memiliki komitmen dengan Nabi Muhammad dan dengan kematian Nabi Muhammad komitmennya tidak berlaku lagi. Berdasarkan hal ini Abu Bakar menyatakan perang terhadap mereka yang dikenal dengan nama Perang Riddah.

Dalam perang Ridda peperangan terbesar adalah memerangi Musailamah al-Kazab yang mengklaim dirinya sebagai nabi baru menggantikan Nabi Muhammad. Pasukan Musailamah kemudian dikalahkan pada pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid.

Sedangkan Musailamah sendiri terbunuh di tangan Al Wahsyi, seorang mantan budak yang dibebaskan oleh Hindun istri Abu Sufyan karena telah berhasil membunuh Hamzah Singa Allah dalam Perang Uhud. Al Wahsyi  lantas kemudian memeluk Islam serta mengakui kesalahannya atas pembunuhan tersebut.



Abu Bakar pun berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al Qur'an. Umar meminta Abu Bakar untuk mengumpulkan koleksi dari Al Qur'an yang saat itu masih belum sempurna. Bersama sahabat Zaid bin Tsabit selaku ketua tim saat itu, mulai dikumpulkanlah lembaran al-Qur'an dari para penghafal al-Qur'an dan tulisan-tulisan yang terdapat pada media tulis seperti tulang, kulit dan lain sebagainya, setelah lengkap penulisan ini maka kemudian disimpan oleh Abu Bakar.



Setelah Abu Bakar meninggal maka disimpan oleh Umar bin Khaththab dan kemudian disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar dan juga istri dari Nabi Muhammad. Kemudian pada masa pemerintahan Usman bin Affan koleksi ini menjadi dasar penulisan teks al-Qur'an yang dikenal saat ini.



Abu Bakar meninggal pada tanggal 23 Agustus 634 Masehi di Madinah. Beliau wafat oleh karena sakit, beliau wafat saat berusia sekitar 61 tahun. Abu Bakar dimakamkan di rumah putrinya Aisyah di dekat Masjid Nabawi, di samping makam Nabi Muhammad SAW.




Kategori : QuoteAskPediaAskNewsPerpustakaanNasionalInternasionalFlora & FaunaTehnologiPropertiTravelSportFoodKesehatanPopulerEntertainmentAgamaVidio.

Baca Juga

Komentar

Lebih baru Lebih lama