[Ask] Kisah Sahabat Nabi Muhammad Teladan Ja’far bin Abi Thalib
Pada saat awal Islam berkembang, Siksaan orang Quraisy tidak pernah berkurang terhadap kaum Muslimin. Melihat kenyataan tersebut Rasulullah mengizinkan para sahabatnya ke tempat lain. Banyak diantaranya yang hijrah ke Habasyah. Hijrah pertama ini terdiri dari 12 orang laki laki dan 5 perempuan, dilaksanakan pada bulan Rajab tahun kelima kenabian.
Setelah sampai di Habasyah, mereka mendengar tentang kemenangan umat Islam dan seluruh penduduk Makkah telah masuk Islam. Mendengar kabar yang demikian mereka amat bergembira. Kemudian mereka pun kembali lagi ke Makkah, di dalam perjalanan ketika hampir memasuki kota Makkah ternyata berita ini adalah bohong alias tidak benar. Bahkan orang Quraisy semakin memusuhi dan menyakiti umat Islam. Sebagian dari mereka ada yang kembali ke Habasyah dan ada juga yang memasuki kota Makkah dengan perlindungan beberapa tokoh Makkah.
Setelah peristiwa itu, serombongan sahabat di berangkatkan lagi sebanyak 83 orang laki-laki dan 18 orang perempuan yang secara terpisah-pisah hijrah ke Habasyah.
Melihat hal itu maka semakin marahlah orang Quraisy. Apalagi mereka mendengar bahwa kaum muslimin hidup senang dan tenang. Untuk itu mereka pun mengutus diplomat terulung untuk menemui. Siapa mereka? Tak lain dan tak bukan adalah Abdullah bin Abi Rabi’ah dan Amar bin ‘Ash. Mereka membawa robongan disertai hadiah-hadiah untuk diberikan kepada pembesar-pembesar negeri, para pendeta dan kepada Kaisar Nagus, Raja Habasyah.
Pada hari kedua utusan ini akan menghadap Kaisar Nagus, dan Kaum Muslimin turut serta di undang oleh raja.
Dengan wajah yang menunjukkan kewibawaan dan kerendahan hati sang Kaisar, beliau duduk di singasana kebesaran, di kelilingi oleh pembesar-pembesar negeri, pendeta agama, di hapan raja duduk kaum muhajirin Islam yang diliputi ketentraman yang diberikan oleh Allah ke dalam hatinya dan dilindungi oleh rahmat-Nya.
Kedua utusan kaum Quraisy berdiri mengulangi tuduhan mereka yang pernah mereka lontarkan terhadap kaum Muslimin di hadapan kaisar, sebelum pertemuan besar diadakan.
“ Baginda Raja yang mulia, telah nyasar orang-orang bodoh dan tolol ke negeri paduka. Mereka tinggalkan agama nenek moyang, tetapi juga tidak untuk memeluk agama paduka. Bahkan mereka datang membawa agama baru yang mereka ada-adakan, yang tak pernah kami kenal, dan juga oleh paduka. Sungguh, kami telah diutus oleh orang-orang mulia dan terpandang di antara bangsa dan bapak-bapak mereka, paman-paman mereka, keluarga mereka, agar paduka sudi mengembalikan orang-orang ini kepada kaumnya kembali. “
Kaisar Nagus memalingkan mukanya ke arah kaum Muslimin, seraya berkata, “ Agama apakah itu yang menyebabkan kalian meninggalkan bangsamu, dan tidak pula ingin memeluk agama kami ? “
Ja’far bi Abi Thalib bangkit dan berdiri, menunaikan tugas yang dibebankan kawan-kawannya sesama muhajirin. Dilepaskan pandangannya kepada raja Nagus yang telah berbuat baik menerima mereka.
“ Paduka yang mulia. Dahulu kami memang orang-orang yang jahil dan bodoh, kami menyembah berhala, memakan bangkai, melakukan pekerjaan-pekerjaan keji, memutuskan silaturrahmi, dan menyakiti tetangga. Yang kuat waktu itu memakan yang lemah. Hingga masanya Allah mengirimkan Rasul-Nya kepada kami dari kalangan kami. Kami kenal asal usulnya, kejujurannya, ketulusannya dan kemuliaan jiwanya. Beliau mengajak kami untuk mengesakan Allah dan mengabdikan diri kepada-Nya, dan agar membuang jauh-jauh apa yang pernah kami sembah bersama orang tua kami dulu, berupa batu-batu dan berhala..... Beliau menyuruh kami berkata benar, menunaikan amanah, menghubungkan silaturrahmi, berbuat baik kepada tetangga dan menahan diri dari menumpahkan darah serta semua yang dilarang Allah……”
“ Dilarangnya kami berbuat keji dan zina, mengeluarkan ucapan bohong, memakan harta anak yatim dan menuduh berbuat jahat terhadap wanita baik-baik…. Lalu kami benarkan dia dan kami beriman kepadanya serta kami ikuti dengan taat apa yang disampaikannya dari Tuhannya. Lalu kami beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa dan tidak kami persekutukan sedikitpun, juga kami haramkan apa yang diharamkan-Nya kepada kami, dan kami halalkan apa yang dihalalkan-Nya untuk kami. “
“ Karena kaum kami memusuhi dan menggoda kami dari agama kami, agar kami menyembah berhala lagi dan melakukan perbuatan-perbuatan jahat yang pernah kami lakukan dulu. Maka ketika mereka memaksa dan menganiaya kami serta menghalangi kami dari agama kami, maka kami hijrah ke negeri paduka, dengan harapan akan mendapatkan perlindungan paaduka dan terhindar dari perbuatan-perbuatan aniaya mereka…..”
Ja’far mengucapkan untaian kalimat demi kalimat dengan mempesona, sehingga membangkitkan jiwa kaisar Nagus.
“ Apakah anda membawa wahyu yang diturunkan atas Rasulmu itu ? “ Tanya kaisar Nagus.
“ Ya, “ jawab Ja’far
“ Coba bacakan untukku “ tegas kaisar Nagus.
Dengan lantang Ja’far membacakan bagian dari surat Maryam dengan penuh khusuk dan khidmat, mendengar apa yang dibacakan oleh Ja’far, maka spontan kaisar Nagus menangis di iringi tangis juga para pembesar dan pendeta. Setelah tangis mereka reda maka kaisar Nagus berpaling pandangannya kepada utusan Quraisy dan berkata, “Sesungguhnya apa yang dibacakan tadi dan yang dibawa oleh Nabi Isa (yesus) sama memancar dari satu pelita. Kamu berdua dipersilakan pergi. kami tak akan menyerahkan mereka kepada kalian.
Dan pertemuan itu pun bubar. Allah menolong hamba-hamba-Nya. Sementara Utusan Quraisy tersebut kaluar dengan perasaan hina dina.
Tetapi bukan Amr bin ‘Ash namanya, dia pialang dalam diplomasi, seribu cara licik yang timbul dalam pikirannya untuk memukul kaum Muslimin. Seribu muslihat dipergunakannya, timbullah dalam otaknya akal busuk.
Karena tidak puas, mereka keesok harinya datang menghadap kepada kaisar dengan membawa tipu muslihat dan berkata kepada kaisar Nagus, “ Wahai paduka raja Nagus. Orang-orang Islam itu mengucapkan sesuatu yang keji yang merendahkan kedudukan Nabi Isa (yesus)….” Katanya.
Kalimat pendek itu membuat kaisar Nagus kesal dan pembesar serta pendeta gempar dan geger, sehingga orang-orang Islam ini dipanggil kembali untuk mendengarkan bagaimana pandangan Islam tentang Isa al-Masih (yesus).
“ Kami akan mengatakan tentang yesus / Isa a.s sesuai keterangan yang dibawa Nabi kami Muhammad SAW, bahwa Ia adalah seorang hamba Allah dan Rasul-Nya serta kalimah-Nya yang ditiupkan-Nya kepada Maryam dan ruh dari-Nya…”
Kaisar Nagus bertepuk tangan tanda setuju, seraya mengumumkan, memang demikianlah yang dikatakan al-Masih tentang dirinya. Tetapi, pada deretan para pembesar agama yang lain terjadi hiruk pikuk, seolah-seolah memperlihatkan ketidak setujuan mereka. Namun, kaisar Nagus tak memperdulikannya.
“ Silahkan Anda semua tinggal bebas di negeri kami. “ katanya kepada kaum Muslimin. “ Dan siapa berani mencela dan menyakiti Anda, maka orang itu akan mendapat hukuman yang setimpal dengan perbuatannya. “
Kemudian kaisar Nagus berpaling kepada para pembesarnya, lalu sambil mengisyaratkan dengan telunjuknya ke arah kedua utusan kaum Quraisy itu ia berkata, “ Kembalikan hadiah-hadiah itu kepada kedua orang ini ! Aku tak membutuhkannya. Tuhan tak pernah mengambil uang sogokan dariku dikala Dia mengaruniakan tahta ini kepadaku. Karena itu akupun tak akan menerimanya dalam hal ini. “
Maka mereka pun memulai hidup baru dibawah pimpinan Ja’far sampai saatnya Allah mengizinkan mereka kembali kepada Rasul mereka.
Kategori : Quote, AskPedia, AskNews, Perpustakaan, Nasional, Internasional, Flora & Fauna, Tehnologi, Properti, Travel, Sport, Food, Kesehatan, Populer, Entertainment, Agama, Vidio.
Posting Komentar